Belajar Subnetting dan Supernetting
Pernahkah Anda mendengar istilah
subnetting, atau istilah supernetting ? Atau mungkin Anda seorang yang sedang
belajar ilmu jaringan komputer dan diberikan tugas mengenai dua hal tersebut ?.
Jika demikian, Anda telah membaca sebuah tulisan sederhana yang mungkin bisa
memberikan sedikit pemahaman tentang subnetting dan supernetting ini.
Subnetting
Apabila
kita membuat sebuah jaringan komputer yang terdiri dari 10 klient, kemudian
untuk penggunaan IP Address kita menggunakan IP Address kelas C (silakan membaca
tulisan mengenai kelas-kelas IP Address pada link ini), dan semua klient pada
jaringan tersebut sudah bisa berkomunikasi antara klient yang satu dengan klient
yang lainnya. Namun ada sebuah hal yang terlintas di benak Anda yaitu, IP
Address kelas C ini untuk setiap network nya
terdiri dari 256 IP . Dari 256 IP tersebut
yang boleh digunakan untuk klient hanya 254 IP saja, karna ada 2 IP yang akan
digunakan untuk alamat network dan alamat broadcast. Karna hanya menggunakan IP
Address untuk 10 host saja berarti masih terdapat 244 IP Address untuk host lain yang tidak digunakan. Mungkin
Anda berfikir, apakah ada cara supaya penggunaan IP Address ini lebih efisien
sehingga tidak banyak IP Address yang tidak terpakai, yang mungkin bisa
digunakan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab untuk merusak jairngan LAN yang sudah susah
payah Anda buat atau hal-hal lain. Oleh karena itu, untuk untuk mengecilkan
jumlah penggunaan IP Address pada setiap network bisa menggunakan Subnetting.
Subnetting
merupakan teknik yang digunakan untuk membagi sebuah network menjadi network
yang lebih kecil (subnetwork). Misalkan kita ambil contoh network 192.168.255.0,
network ini merupakan salah satu dari sekian banyak IP Network yang ada pada IP
Kelas C. Dari IP Network tersebut kita dapat mengetahui berapa alamat
broadcast, netmask, dan juga range IP yang bisa digunakan oleh client yaitu :
Network Address |
192.168.255.0 |
IP Address Pertama |
192.168.255.1 |
IP Address Terakhir |
192.168.255.254 |
Broadcast |
192.168.255.255 |
Subnet Mask |
255.255.255.0 |
Berdasarkan
tabel diatas, jumlah IP Address yang bisa digunakan adalah sebanyak 254 IP,
mulai dari 192.168.255.1 sampai 192.168.255.254. Dengan subnetting, kita bisa
memecah network tersebut menjadi beberapa network yang lebih kecil (lebih
sedikit host nya). Cara yang digunakan untuk melakukan subnetting ini adalah
dengan meminjam bit host. Jadi untuk bisa meminjam bit host tersebut, terlebih
dahulu kita harus melakukan konversi dari alamat network address menjadi
bilangan biner seperti gambar dibawah ini.
Koversi IP Address menjadi bilangan biner |
Apabila
Anda belum mengerti cara melakukan konversi seperti gambar diatas, silahkan
baca terlebih dahulu pembahasan mengenai IPv4 pada link ini, pada tulisan
tersebut ada pembahasan mengenai cara melakukan konversi menjadi bilangan
biner. Untuk IP Address Kelas C, 24 bit pertama (yang berwarna merah pada
bilangan biner) merupakan bit network, sedangkan 8 bit sisanya (yang berwarna
biru pada bilangan biner) merupakan bit host. Seperti yang dijelaskan
sebelumnya, proses subnetting ini akan meminjam bit yang dimiliki oleh host. Adapun
jumlah bit yang boleh dipinjam bisa 1,2,3 atau lebih banyak selama bit host
masih memungkinkan untuk dipinjam. Pada contoh kali ini, kita akan meminjam 3
bit host. Perhatikan gambar dibawah ini :
Network Bit dan Host Bit |
3
bit host yang dipinjam dari bit host seperti gambar diatas disebut juga sebagai
bit subnet dan sedangkan 5 bit host yang tidak dipinjam tetap menjadi bit host.
Adapun langkah-langkah lengkap dari proses subnetting adalah seperti langkah
dibawah ini.
a. Jumlah
subnet baru dapat diketahui dengan rumus 2n, dimana n adalah jumlah
bit subnet. Karena ada 3 bit subnet, maka jumlah subnet baru yang akan
terbentuk adalah 23 = 8 subnet.
b. Jumlah
host pada setiap subnet dapat diketahui dengan rumus 2h, dimana h adalah sisa jumlah bit
host yang tidak dipinjam. Karena ada 5 bit host yang tidak dipinjam, maka
jumlah host persubnet adalah 25
= 32 host.
c. Alamat
network, karena terdapat 8 buah subnet baru yang terbentuk maka akan terdapat 8
buah alamat network untuk setiap subnet. Untuk mengetahui alamat dari setiap
network, langkah pertama yang harus dilakukan adalah mencari kemungkinan
kombinasi-kombinasi bilangan biner pada jumlah bit subnet. Adapun
kemungkinan-kemungkinan hasil kombinasi dari bit subnet tersebut diantaranya
adalah :
Alamat IP Network |
Ada cara mudah untuk bisa mengetahui alamat
network dari setiap subnet tanpa harus menghitung hasil kobinasi bit subnet
seperti cara diatas. Caranya adalah, dengan mengetahui berapa jumlah host
persubnet misalkan ada 32 host persubnet, maka alamat network untuk setiap
subnetnya adalah penjumlahan angka 32 (mulai dari 0), yaitu 0 (192.168.255.0) untuk subnet pertama ,32 (192.168.255.32) untuk
subnet kedua, 64 (192.168.255.64) untuk subnet ketiga , dan seterusnya.
d. Alamat
netmask, karena telah dilakukan subnet maka alamat netmask juga ikut berubah,
namun setiap subnet yang terbentuk akan memiliki alamat netmask yang sama. Untuk
mengetahui alamat netmask yang baru, caranya adalah dengan merubah nilai
bit-bit network menjadi 1, termasuk juga bit subnet. Perhatikan gambar dibawah
ini.
Mencari alamat Subnetmask |
e. Alamat
broadcast
Untuk mengetahui alamat
broadcast dari setiap subnet, caranya adalah dengan mengkonversi alamat network
dari masing-masing subnet menjadi bilangan biner, Setelah dikonversi, maka
ubahlah semua bit host yang bernilai 0 menjadi bernilai 1. Misalkan telah
diketahui alamat network dari sebuah subnet yaitu 192.168.255.64, maka untuk
mengetahui alamat broadcast dari network tersebut adalah seperti gambar dibawah ini.
Mencari alamat broadcast |
Cara lain untuk mengetahui alamat broadcast tanpa melakukan konversi ke bilangan biner adalah dengan mengetahui jumlah host pada subnet tersebut. Pada contoh subneting yang kita gunakan ini, kita telah mengetahui akan terbentuk 8 jumlah subnet baru, dan setiap subnet memiliki jumlah host sebanyak 32 host. Dari setiap 32 alamat host ini, setiap host pertama untuk setiap subnet merupakan alamat network, dan setiap host terakhir untuk setiap subnet adalah alamat broadcast.
Setelah kita mengetahui
berapa subnet yang terbentuk, berapa jumlah host persubnet, berapa netmask dan
alamat broadcast maka hasil subnetting dapa dilihat pada gambar dibawah ini.
Tabel hasil penghitungan subnetting |
Pada
gambar diatas, perhatikan dengan seksama setiap alamat network, IP Address,
Alamat broadcast serta netmask untuk setiap subnet nya. Setelah dilakukan
subnetting, maka kita bisa menentukan akan menggunakan subnet IP yang mana saja.
Bisa menggunakan subnet IP pertama, kedua atau yang mana saja. Selama komputer tersebut
menggunakan subnet yang sama, maka setiap komputer akan bisa saling
berkomunikasi. Tapi jika pada satu jaringan LAN ada komputer yang menggunakan
IP pada subnet yang berbeda, maka komputer tersebut tidak akan bisa
berkomunikasi, kecuali dengan bantuan sebuah router. Perhatikan contoh
penerapan subnetting pada jaringan LAN dibawah ini.
Pengujian koneksi |
Pengujian koneksi beda subnet |
Supernetting
Jika
dengan subnetting dapat memecah sebuah network menjadi subnetwork yang lebih
kecil, maka dengan supernetting kita bisa menggabungkan beberapa network
menjadi sebuah network yang lebih besar. Supernetting disebut juga dengan nama
CIDR (Classes Internet Domain Routing). Dengan
menggunakan CIDR ini kita bisa menuliskan penulisan network address dan netmask sebuah
notasi slash. Misalkan untuk network
192.168.255.0 yang memiliki netmask adalah 255.255.255.0, dengan CIDR dapat
ditulis dengan format 192.168.255.0/24. Dimana angkah 24 pada 192.168.255.0/24
disebut dengan prefix yang menyatakan jumlah bit-bit network bit network. Contoh lain penggunaan notasi
CIDR adalah :
a. 192.168.1.0/24
untuk netmask 255.255.255.0
b. 192.168.10.0/25
untuk netmask 255.255.255.128
c. 172.16.0.0/16
untuk netmask 255.255.0.0
Untuk
bisa menerapkan CIDR ini, ada syarat yang harus dipenuhi yaitu network yang
akan digabung harus network yang saling berkesinambungan. Misalkan network
192.168.10.0 dapat digabung dengan network 192.168.11.0. Adapun proses CIDR ini
akan meminjam bit-bit network, berbeda dengan subnetting yang meminjam bit-bit
host.
Sebagai
contoh, kita akan menggabung 2 buah network yaitu 192.168.1.0/24 dengan
192.168.2.0/24. Langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan konversi
dari kedua IP Network tersbut menjadi bilangan biner sehingga hasilnya seperti
gambar dibawah ini.
Konversi IP Network menjadi bilangan biner |
Dari
hasil konversi kedua network diatas, langkah selanjutnya adalah melakukan
operasi logika AND pada hasil konversi bilanagn biner dari kedua network
tersebut. Untuk operasi logia AND, anda bisa menggunakan acuan gambar dibawah
ini.
Operasi AND bilangan biner |
Dari
gambar diatas, opeasi AND hanya akan menghasilkan output 1 jika semua input
bilangan binernya bernilai 1, jika tidak maka outputnya adalah nilai 0. Gambar
dibawah ini merupakan hasil operasi AND pada network A dan B diatas.
Hasil Operasi AND |
Dari
hasil operasi AND tersebut diatas, kita mendapatkan alamat network baru yaitu
192.168.0.0 yang merupakan alamat network untuk network supernetting. Kemudian
kita harus mencari nilai prefix untuk netwok supernetting tersebut. Caranya
adalah dengan melihat bit-bit yang sama percis dari ketiga network nya.
Mencari nilai prefix network |
Setelah
ditemukan bit yang sama diantara ketiga network maka jumlah total dari bit yang
sama tersebut merupakan nilai dari prefix. Dimana jumlah bit yang sama persis
ada sebanyak 22 (perhatikan bit yang digaris bawa), jadi nilai prefix nya
adalah 22 sehingga notasi CIDR nya adalah 192.168.0.0/22.
Kemudian
untuk mencari nilai netmask, caranya dengan merubah nilai semua bit yang sama
percis tersebut menjadi bernilai 1 semua.
Mencari nilai subnet mask |
Jadi,
setelah network 192.168.1.0 digabung dengan network 192.168.2.0, maka akan
terbentuk sebuah network baru yaitu 192.1680.0/22. Dimana IP yang dapat
digunakan oleh host adalah dari 192.168.0.1 – 192.168.2.254, dimana almat
network adalah 192.168.0.0 dan netmask 255.255.252.0
Implementasi IP Address |
Contoh Kasus Subnetting
Setelah mengetahui cara melakukan
subnetting dan supernetting, maka coba diperhatikan contoh-contoh kasus
subnetting dibawah ini.
1.
Perusahaan Labkomputer memilki 3 divisi
yaitu IT, HRD, dan Driver yang mana masing-masing divisi tersebut memiliki
komputer kerja sebanyak 14 komputer, dimana pimpinan perusahaan menginginkan setiap
divisi tersebut bisa terkoneksi namun harus dengan network yang berbeda !!
Berdasarkan
kondisi diatas, kita bisa menggunakan IP Address kelas A, B maupun C dan untuk alasan
kemudahan dalam subnetting ini, kita akan menggunakan IP Kelas C yaitu 192.168.20.0.
Dalam subnetting, untuk menentukan jumlah host didalam sebuah subnet adalah
dengan menggunakan rumus 2h, dimana h merupakan jumlah bit host yang
tidak dipinjam. Ada cara cepat yang
bisa kita gunakan supaya tidak mencoba-coba meminjam satu-persatu bit host ini.
Caranya adalah dengan menghafal nilai setiap bit pada bit host seperti gambar
dibawah ini.
Setiap
8 bit host tersebut memiliki nilai masing-masing, dari 1 sampai 128. Karena ada
14 jumlah komputer yang akan dikoneksikan didalam satu network maka dari nilai
1 sampai 18 pada bit host kita lihat nilai mana yang paling lebih besar dari
angka 14. Ternyata nilai yang lebih besar dari angka 14 ada lebih dari satu
yaitu 16, 32, 64, dan 128. Namun kita harus memilih nilai yang paling mendekati
14 yaitu 16. Perhatikan gambar dibawah ini !
Bit network dan bit host |
Setelah
diketahui nilai angka yang lebih besar dari 14 yaitu angka 16, maka kita
langsung membagi bit host menjadi 2 seperti gambar diatas, dimana bit yang
didalam garis merah merupakan bit host yang akan dipinjam, sedangkan bit yang
didalam garis biru merupakan bit untuk host.
Jadi untuk proses subnetting, kita akan meminjam bit host sebanyak 4 bit
sehingga proses subnetting adalah sebagai berikut.
a. Jumlah
subnet, 24 = 16 Subnet, angka 4 merupakan jumlah bit host yang
dipinjam.
b. Jumlah
host per subnet = 24 = 16 Host persubnet, angka 4 merupakan jumlah
bit host yang tidak dipinjam.
c. Alamat
network persubnet, karna ada 16 host didalam setiap subnet berarti untuk
network pertama IP rentang nya adalah dari 0 – 15, network setelahnya tinggal
ditambah dengan angka 16.
Hasil supernetting |
d. Alamat
broadcast untuk setiap subnetwork dapat dicari dengan mengurangi alamat network
pada network setelahnya dengan angka 1. Misalkan pada network kedua alamat
networknya adalah 192.168.20.16,
maka alamat broadcast untuk network pertama adalah 192.168.20.15.
e. Untuk
mengetahui alamat netmask, caranya adalah dengan merubah nilai bit-bit network
menjadi 1, termasuk juga bit subnet. Sebagai contoh kita akan mengambil salah
satu alamat network yaitu 192.168.20.0 dan hasil konversi dari network tersebut
seperti tampak pada gambar dibawah ini.
Mencari nilai subnetmask |
f. Tabel
lengkap hasil subnetting adalah seperti tampak pada gambar dibawah ini
Tabel lengkap hasil akhir supernetting |
Namun perlu diperhatikan jika menggunakan cara
subnetting seperti pada contoh ini, jika jumlah host yang akan dimasukkan
kedalam suatu network berjumlah sama dengan nilai-nilai bit pada bit host
(1,2,4,8,16,32,64,128) maka kita harus memilih nilai bit host yang lebih besar
dari jumlah host tersebut. Misalkan akan terdapat 16 host dalam sebuah network,
maka kita tidak bisa memilih nilai 16 pada bit host, karena jika menggunakan
nilai 16 tersebut maka jumlah IP Address yang valid hanya 14 IP Address dan
tentunya akan ada 2 host yang tidak mendapatkan jatah IP Address. Oleh karena
itu, kita harus menggunakan nilai bit host diatas 16 yaitu 32.
Post a Comment for "Belajar Subnetting dan Supernetting"